Topik Utama: Diskusi berbasis kasus nyata dan eksplorasi tren terkini dalam perlindungan dan komersialisasi HAKI.
Tujuan Pembelajaran:
- Memahami implementasi HAKI dalam kasus nyata dan langkah hukum yang diambil.
- Mengidentifikasi tren baru seperti NFT, AI, dan blockchain dalam perlindungan HAKI.
- Menganalisis tantangan global HAKI di era digital.
1. Diskusi Kasus Nyata HAKI
Kasus A: Kasus Puma vs. Pumada (Indonesia)
Fakta:
- Puma menggugat pemilik merek Pumada di Indonesia karena dianggap memiliki persamaan pada pokoknya.
- Putusan pengadilan: Gugatan Puma ditolak, dengan alasan merek Pumada memiliki perbedaan fonetik yang cukup signifikan.
Pembelajaran:
- Perbedaan fonetik atau visual yang kecil dapat menjadi faktor penting dalam sengketa merek.
- Penting untuk membedakan diri dengan elemen tambahan yang unik pada merek Anda.
Kasus B: Kasus Dior vs. Baby Dior
Fakta:
- Christian Dior menggugat pemilik merek Baby Dior di Indonesia.
- Putusan pengadilan: Gugatan Dior ditolak karena Baby Dior digunakan untuk sepeda (kelas 12), sedangkan Dior beroperasi di industri fashion (kelas 25).
Pembelajaran:
- Klasifikasi barang atau jasa sangat penting dalam perlindungan merek.
- Pastikan Anda mendaftarkan merek di semua kelas yang relevan untuk menghindari potensi konflik.
2. Tren Baru dalam Perlindungan dan Komersialisasi HAKI
A. NFT (Non-Fungible Token):
Apa itu NFT?
- NFT adalah token digital berbasis blockchain yang digunakan untuk memvalidasi kepemilikan aset digital seperti seni, musik, atau video.
Peluang HAKI:
- Pemilik hak cipta dapat menjual karya seni digital sebagai NFT, yang memberikan bukti kepemilikan unik dan sumber pendapatan baru.
Tantangan:
- Pemalsuan NFT masih menjadi masalah besar, karena siapa pun dapat mencetak NFT tanpa izin pemilik karya.
B. Artificial Intelligence (AI):
HAKI dalam Karya AI:
- Siapa pemilik hak cipta jika karya dibuat menggunakan AI? (Misalnya, desain atau musik yang dihasilkan oleh AI).
Contoh:
- Generator seni berbasis AI seperti DALL-E dan MidJourney sering menghadapi klaim pelanggaran hak cipta dari seniman.
C. Blockchain untuk Perlindungan HAKI:
Pencatatan HAKI:
- Blockchain dapat digunakan untuk mencatat kepemilikan karya sehingga sulit untuk dipalsukan atau diubah tanpa izin.
Aplikasi:
- Pendaftaran hak cipta digital dan pelacakan penggunaan karya secara otomatis.
3. Tantangan Global dalam HAKI
A. Harmonisasi Hukum Internasional:
- Setiap negara memiliki aturan HAKI yang berbeda, sehingga perlindungan HAKI global membutuhkan pendaftaran di banyak negara.
- Contoh: Sistem Madrid Protocol untuk merek, Patent Cooperation Treaty (PCT) untuk paten.
B. Pembajakan Digital:
- Pembajakan musik, film, dan perangkat lunak menjadi tantangan besar karena pelaku dapat beroperasi lintas negara.
C. Edukasi dan Kesadaran:
- Banyak pelaku UMKM yang belum menyadari pentingnya melindungi HAKI mereka.
4. Latihan Hari 4
Latihan 1: Studi Kasus dan Analisis
- Pilih satu kasus sengketa HAKI nyata (misalnya, Puma vs. Pumada atau Dior vs. Baby Dior).
- Diskusikan langkah hukum yang diambil dan bagaimana hasilnya.
- Apa yang dapat dipelajari dari kasus tersebut?
Latihan 2: Simulasi Lisensi NFT
- Bayangkan Anda memiliki karya seni digital yang ingin dijual sebagai NFT.
- Tugas:
- Susun rencana lisensi untuk pembeli NFT.
- Jelaskan bagaimana Anda melindungi hak cipta karya asli meskipun NFT dimiliki orang lain.
Latihan 3: Tren AI dan Blockchain
- Pilih salah satu tren HAKI (AI atau Blockchain).
- Diskusikan:
- Apa peluang dan tantangan dari tren tersebut?
- Bagaimana hal itu dapat memengaruhi cara perlindungan HAKI di masa depan?
Comments
Post a Comment